Chapter ~Third~
“is this the ‘Human’ you dignify above me?”
Walau aku sudah diusir dari surga, kepadaku telah diserahkan kuasa untuk mengatur manusia. Waktuku memang ditangguhkan hingga akhir zaman. Dan tempat di mana ada manusia, aku dengan bebas boleh berada di sana. Dan di Taman Eden, ada dua manusia. Dan oleh kuasa Allah, aku mencobai mereka. Waktu itu mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Allah mengajarkan banyak hal kepada Adam dan Allah berfirman:”Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu di taman ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. Dan ingatlah akan pesanku ini, bahwa sesungguhnya Iblis adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampaikan ia mengeluarkan kamu berdua dari taman ini, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.”
Adam mengetahui dengan benar kejadian dahulu, yaitu ketika aku menolak sujud kepadanya dan diusir dari surga ini. Oleh karena itu, lebih baik bagiku untuk tidak tampil dalam wujudku yang sesungguhnya, Lalu aku masuk dalam tubuh ular, yaitu yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Allah.
Aku dalam wujud ular berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: “Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati.”
Aku kemudian berkata kepada perempuan itu lagi: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti para allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Perempuan itu menjawab: “Bukankah kepada Adam, suamiku, Allah telah berfirman: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Aku tidak kehabisan akal dan kemudian membujuk mereka dengan berkata :”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon itu dan keadaan yang tidak akan binasa. Allah kamu sebenarnya tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal”.
Aku kemudian bersumpah kepada keduanya dengan meyakinkan: “Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua, percayalah kepadaku”.
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun yang ada di taman Eden.
Bersamaan dengan mereka makan buah itu, aku segera pergi meninggalkan mereka dengan sangat puas. Aku berkata dalam hatiku sambil tertawa: “Telah jatuh dia. Durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah ia.” Aku tinggalkan ular itu di sana yang tak tahu apa yang telah dilakukannya.
Ketika mereka mendengar bunyi langkah Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”
Adam menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang. Sebab itu aku bersembunyi.”
FirmanNya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
Adam menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Kemudian berfirmanlah Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Bukankah Aku telah melarang kamu berdua makan buah dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya Iblis itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua.”
Mereka kemudian berkelit bahwa bukan iblis yang menyuruh mereka dengan berkata: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Lalu berfirmanlah Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Ular yang tak tahu apa-apa itu mendapatkan hukuman dari Allah.
FirmanNya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Lalu firmanNya kepada Adam: “Karena engkau mendengar kan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”
Allah telah mengutuk bumi. Bumi yang indah permai bagaikan surga telah dikutukNya. Tak lagi ada kekudusan di muka Bumi. Dan kalau tak ada kekudusan, kita tak akan dapat melihat Allah.
Aku sendiri tak menyangka bahwa Allah akan sampai mengutuk tanah Bumi ini karena perkara itu. Sampai kinipun aku tetap berharap agar di atas Bumi ini kembali seperti di dalam surga, menjadi tempat yang kudus.
Berfirmanlah Allah dalam sidang ilahi: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”
Dan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Lalu Allah mengusir mereka dari taman Eden supaya mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Lalu keduanya digelincirkan dari tamanitu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Allah berfirman: “Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan-nya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kemudian Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”.
Inilah kalimat yang diberikan Allah kepada Adam: “Hai Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu lagi oleh iblis sebagaimana ia telah mengeluarkan kamu berdua dari surga. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Mereka adalah gaib bagimu. Dan mereka adalah pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. Namun camkanlah ini dalam hatimu dan beritahukan turun temurun: Sesungguhnya neraka itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka dan pengikut-pengikut iblis semuanya. Kelak, dari keturunanmu, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan dinamakan Imanuel. Dialah yang akan membuat engkau dan keturunanmu yang beriman kepadaKu, kembali ke keadaan semula, seperti di dalam Taman Eden.”
Setelah kepergian Adam, Allah berdiri dalam sidang ilahi dan berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kuperintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan perintah itu, dan tidak Kudapati padanya kemauan yang kuat. Dan aku memerintahkan kepada kamu semua, agar menjaga mereka dan keturunannya dari gangguan Iblis.”
Seluruh penghuni surga bersorak :”Betapa dahsyatnya segala pekerjaanMu. Oleh sebab kekuatanMu yang besar, musuhMu tunduk kepadaMu. Seluruh bumi sujud menyembah kepadaMu, dan bermazmur bagiMu, memazmurkan namaMu.”
Allah berfirman: “JanjiKu kepada orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Adapun orang-orang yang beriman kepadaKu dan berpegang teguh kepada perintahKu, niscaya Aku akan masukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dan limpahan karuniaKu. Dan Aku akan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus untuk sampai kepada-Ku.”
Tapi aku, Lucifer, akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Itulah janjiku, sekarang sampai hari kiamat nanti. Hari ini, aku merayakan kemenangan pertamaku, bersorak-sorak memecah keheningan yang ada di bumi. Dan aku berteriak: “Inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?
Sesungguhnya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya !”
Allah ada di dalam baitNya yang kudus, mataNya mengamat-amati, sorot mataNya menguji anak-anak manusia, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.
* * *
Aku, Lucifer, Putera Fajar yang gilang gemilang. Aku menguasai seluruh bumi ini beserta isinya. Aku mempunyai kuasa untuk menyesatkan manusia. Aku yang paling cerdik di antara segala makhluk. Aku adalah malaikat ciptaan Allah yang paling mulia. Dan aku adalah Terang. Dan sesungguhnya, pada mulanya akulah pemegang kuasa terang itu. Tanpa aku, tak ada terang itu. Hanya ada gelap gulita menyelimuti jagad raya.
Aku berkata jujur tentang hal ini. Bukankah aku juga dikenal sebagai dewa matahari? Di tempat lain ada yang mengenalku sebagai dewa api? Bukankah banyak yang menyembah bulan dan bintang? Itu semua menunjukkan hakekatku, adalah terang. Tak akan ada manusia yang menyembah sesuatu yang gelap, justru mereka menyembah segala hal yang bersinar terang. Dan itu adalah aku.
Allah telah mengganti namaku dengan Iblis, karena aku dianggap lawan bagiNya. Sebenarnya aku bukan lawan bagiNya. Adalah mudah bagiNya untuk memusnahkan aku. Hal ini yang sering membuat aku heran, mengapa aku tetap dibiarkan ada. Ataukah hukuman yang aku terima ini lebih menyiksa dari sekedar kematian? Bagiku kini, tujuanku hanya satu: membuat manusia mau sujud kepadaku. Bukankah aku dulu diminta sujud kepada manusia itu. Sekarang sebagai balasnya, merekalah yang harus sujud kepadaku.
Memang, tidak mudah untuk meminta Adam dan istrinya untuk sujud kepadaku. Adam tahu persis tentang pengadilan terhadapku, sementara Hawa, istrinya, masih sakit hati karena tertipu dulu.
Setelah Allah menghalau kedua manusia itu dari Taman Eden, Adam bersetubuh dengan isterinya, dan mengandunglah perempuan itu. Lahirlah seorang anak laki-laki, dinamainya anak itu Kain. Dialah anak laki-laki sulung Adam.
Jalan menuju ke Taman Eden sudah tertutup dan Allah menempatkan beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan. Aku sendiri tidak mudah untuk bisa masuk ke sana. Sesungguhnya bila aku mencoba menembus ke sana, maka aku mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Tidak mudah untuk memasuki tempatNya yang kudus, kecuali dengan seizinNya.
Selanjutnya, Adam dan Hawa mempunyai seorang lagi yang dinamakan oleh mereka: Habel. Mereka berdua adalah dua laki-laki yang gagah. Habel menjadi gembala kambing domba, sementara Kain menjadi seorang petani.
Aku waktu itu melihat, Kain bekerja dengan keras. Dia mengolahnya tanah yang gersang yang telah dikutuk Allah sehingga bisa ditanami. Peluhnya menetes ke bumi ini dan dia nampak tak kenal putus asa. Sementara itu, di tempat yang lain, aku melihat Habel dengan santai duduk di bawah pohon sambil mengamat-amati kambing dombanya.
Sungguh dua bentuk kehidupan yang berbeda antara adik dengan kakaknya. Si Adik tampak bermalas-malasan, sementara kakaknya bermandikan peluh keringat yang tak jarang kakinya harus luka karena terantuk batu yang tajam. Namun usaha Kain tidaklah sia-sia. Hasil tanah olahan Kain membawa hasil yang baik. Ia melakukan panen dengan perasaan gembira. Ia mengucapkan syukur kepada Allah bahwa hasil kerjanya membuahkan hasil yang berlimpah.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Allah sebagai korban persembahan. Kain mengumpulkan biji-bijian hasil dari ladang pertaniannya. Dikumpulkan batu-batu yang besar dan dibuatnya sebuah mezbah.
Sementara itu, adiknya Habel melihat dengan seksama apa yang dilakukan oleh kakaknya itu dari kejauhan. Ia kemudian mendekat dan meniru apa yang diperbuat kakaknya. Ia mengambil batu dan dibuatnya juga sebuah mezbah. Habel kemudian mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya. Kedua kemudian bersyukur memuliakan Allah.
Aku waktu itu berada di dekat mereka. Dalam keadaan gaib, mereka tak dapat melihat aku. Di sini aku tak mengerti, apa yang menjadi kehendak Allah. Ia mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, sementara korban persembahan Kain yang dikerjakannya dengan susah payah sama sekali tak diindahkanNya. Maka pantaslah kalau hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Aku kasihan melihatnya. Sebab sesungguhnya, aku selalu merasa kasihan kepada manusia yang diperlakukan secara tak adil. Itu karena, aku sendiri merasa diperlakukan secara tak adil.
Rupanya Allah mengetahui bahwa Kain merasa kesal. Firman Allah kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”
Kain masih memendam perkara itu sampai beberapa lama. Ia tak dapat mengerti, mengapa korban persembahannya tidak diterima? Ataukah Allah memang lebih menyukai korban bakaran lemak kambing domba? Hatinya terus memberontak. Mengapa Allah tidak menerima saja kedua korban persembahan itu?
Kemudian Kain berkata: “Barangkali Allah menuntut persembahan yang lebih dari sekedar butir-butir gandum? Pastilah Allah mau menerima persembahanku yang lain, yang jauh lebih istimewa dari sekedar kambing domba?”
Apa yang dipikirkan selanjutnya, aku tak pernah tahu. Aku memang tidak diberi kemampuan untuk mengetahui apa yang ada dalam hati manusia. Namun rupanya, dalam diri Kain terjadi pergolakan hebat. Aku sendiri bertanya-tanya, korban apakah yang kiranya akan dipersembahkan Kain kepada Allah? Setidaknya, agar Allah mau lebih memperhatikan dirinya yang telah bersusah payah mengusahakan tanah ini, seperti yang diperintahkan Allah sendiri kepada Adam, ayahnya.
Suatu hari, Kain berkata kepada Habel, adiknya: “Marilah kita pergi ke padang.”
Adiknya mengikuti ajakan kakaknya. Di tengah perjalanan, Kain berkata kepada Habel: “Aku pasti membunuhmu!”
Habel terkejut dan bertanya kepada kakaknya: “Apa alasannya engkau hendak membunuh aku?”
Kain menjawab: “Aku hendak mempersembahkan engkau kepada Allah. Bila korban bakaran domba kambing diterima Allah, maka pastilah korban manusia akan lebih disukaiNya.”
Habel menjawab: “Sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertaqwa”.
Kemudian sambil berjalan, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu matilah Habel. Kain lalu membangun sebuah mezbah dan menaruh mayat adiknya yang berlumuran darah ke atas mezbah itu dan kemudian ia memuliakan Allah. Kain berteriak: “Allah, dengarkan Aku. Terimalah persembahanku ini.” Tapi Allah tidak mendengar teriakan Kain itu, Hati Kain main kesal dan ia kemudian mulai merasa bersalah karena telah membunuh adiknya itu. Kain kemudian menjadi takut dan pulang dengan perasaan hampa. Perasaan bersalahnya begitu menghantui, terlebih dia telah membunuh adiknya dengan sia-sia. Rupanya Allah tak berkenan dengan apa yang dilakukannya.
Dalam perjalanan pulang, Allah mendatangi Kain dan berfirman: “Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”
FirmanNya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”
Kain berkata kepada Allah: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapanMu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barang siapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.”
Firman Allah kepadanya: “Sekali-kali tidak! Barang siapa yang membunuhmu akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” Kemudian Allah menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barang siapapun yang bertemu dengan dia.
Lalu Kain pergi dari hadapan Allah dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
Sungguh, dalam peristiwa itu, aku sama sekali tidak turut campur. Bukan akulah yang menyuruh Kain membunuh adiknya. Namun, apa yang dilakukan Kain, menimbulkan gagasan bagiku. Aku akan membuat manusia sujud kepadaku dan aku akan meminta korban persembahan manusia. Aku akan membuat banyak keajaiban sehingga mereka patuh dan tergantung kepadaku. Aku akan membuat mereka menyembahku sebagai dewa-dewa pujaan mereka dan untuk bantuan yang kuberikan kepada mereka, aku akan menuntut korban darah dari darah manusia. Walau korban itu sendiri, sama sekali tak ada gunanya untukku.
Dalam pengembaraan, Kain merasa putus asa. Aku kemudian menghampirinya dan menolongnya. Aku beritahukan kepada dirinya bahwa aku menyukai korban yang dilakukan olehnya. Dan untuk itu, aku berjanji kepadanya akan menjadi pelindungnya. Di Tanah Nod, Kain mengawini seorang perempuan di sana. Setelah bersetubuh dengan isterinya, maka mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh. Kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya.
Aku, Lucifer, yang berkuasa atas bumi dan segala isinya. Segala kerajaan di muka bumi ini adalah milikku. Kepada bangsa-bangsa aku memperkenalkan diri dengan berbeda-beda. Aku adalah sang Terang, tampil sebagai dewa matahari, dewa api, dewa bulan dan lain-lain. Kepada manusia aku membuat berbagai keajaiban. Dan sejak itulah korban darah manusia dilakukan sebagai tanda terima kasih mereka kepadaku. Manusia itu, telah jatuh sujud kepadaku. Dan aku berteriak kepada Allah:
“Terangkanlah kepadaku inikah manusia yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya semua !”
No comments:
Post a Comment